BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Motivasi merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk dijadikan acuan dalam menuntut ilmu.Motivasi
belajar (menuntut ilmu) bagi setiap penuntut ilmu memang dibutuhkan, bahkan
begitu banyak hadits-hadits yang memberikan pemahaman tentang manfaat menuntut
ilmu dan perintah yang menganjurkan untuk belajar. Semua ungkapan dalam
hadits-hadits tersebut merupakan dalil-dalil yang dapat menjadi pedoman sebagai
alat untuk memotivasi setiap umat Islam untuk terus menuntut ilmu.
Dalam al-Hadits, dapat dijumpai berbagai ungkapan yang
menunjukkan dorongan kepada setiap orang muslim dan mukmin untuk selalu rajin
belajar. Anjuran menuntut ilmu tersebut dibarengi dengan urgennya faktor-faktor
pendukung guna makin meningkatkan semangat belajar bagi setiap orang. Salah
satu faktor yang utama adalah motivasi, baik itu motivasi yang datang dari
dalam diri sendiri, maupun motivasi yang ditumbuhkan dari peranan lingkungan
sosialnya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan motivasi dalam pendidikan islam?
2.
Bagaimana
meningkatkan motivasi dalam hadis?
3.
Apa
saja manfaat motivasi dalam pendidikan islam?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui dengan motivasi?
2.
Untuk
mengetahui Bagaimana meningkatkan motivasi dalam hadis?
3.
Untuk
mengetahui manfaat motivasi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Motivasi Dalam Islam
Banyak
ahli menegaskan, bahwa istilah motifasi berasal dari kata motif, yang dapat
dimaknai sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat diambil secara
langsung, tatapi dapat di interprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa
rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku
tertentu.
Disisi lain, sumardi suryabrata lebih
menekankan motifasi terhadap sesuatu yang terdapat dalam diri pribadi orang
yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai
tujuan. Oleh karena itu, bagi penulis motif itu adalah potensi internal
individu (al-fithrat al-dakhiliyyat al-fardhiyyat), yang telah tercipta ketika
ruh di tiupkan kedalam jasad, yang mendorongnya untuk melakukan suatu
aktifitas. Sifat abstrak, namun sangat menentukan terhadap sikap dan perbuatan
individu.[1]
Kata “motif”,
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.[2]Islam tidak saja membatasi pada anjuran supaya belajar, bahkan menghendaki
supaya seseorang itu terus-menerus melakukan pembahasan dan studi. Rasulullah
bersabda :
لاَيَزَالُ
الرّ جَالَ عَا لم مَاطَلَبَ اْلعلْمُ فَاذَا ظَنَّ انَّهُ قَدْعَلمَ فَقَدْ جُهلَ
Artinya :
“seseorang itu dapat dianggap seorang yang alim dan berilmu, selama ia masih
terus belajar. Apabila ia menyangka bahwa ia sudah serba tahu, maka ia
sesungguhnya seorang jahil”.[3]
Islam menganggap bahwa agama tidak akan mendapat
tempat yang baik apabila orang-orang Islam tidak mempunyai pengetahuan yang
matang dan fikiran yang sehat. Oleh karena itu pengetahuan bagi Islam bagaikan
ruh (nyawa) bagi manusia. Dalam belajar (menuntut ilmu), Islam tidak membedakan
antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana sabdanya:
عَنْ أَنَس بْن مَالك قَالَ رَسُوْلُ االله صَلْعَمْ طَلَبُ الْعلْم فَريْضَةٌ عَلَى كُلّ
مُسْلم
“Dari Anas
ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Menuntut ilmu itu adalah kewajiban
bagi setiap muslim” (HR. Baihaqi)[4]
Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap
insan yang beriman kepada Allah, dan orang Islam yang menuntut ilmu berarti ia
telah mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, karena Allah memerintahkan kepada
setiap mukmin untuk menuntut ilmu. Tanpa ada pembedaan, agama Islam
menganjurkan setiap lelaki dan perempuan belajar serta menggunakan ilmu yang
dimilikinya, juga untuk mengembangkan dan menyebarkan ilmunya. Islam tidak saja
membatasi pada anjuran supaya belajar, bahkan menghendaki supaya seseorang itu
terus menerus melakukan pembahasan, mencari dan belajar.[5]
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang
dikemukakan Mc. Donald ini, terkandung tiga elemen penting, diantaranya yaitu:
1. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam
diri seseorang
Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya
perubahan energi pada setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan
membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada
pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun
motivasi itu muncul dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan
fisik manusia.
2. Motivasi itu Ditandai oleh Dorongan Afektif
Motivasi ditandai dengan munculnya,
rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan
persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah
laku manusia.
3. Motivasi Ditandai oleh Reaksi-reaksi Mencapai Tujuan
Motivasi akan dirangsang karena adanya
tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu
aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini
adalah tujuan.
Dengan ke tiga elemen di atas, maka
dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan
menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia,
sehingga akan bergayut (bersangkut paut) dengan persolan gejala kejiwaan,
perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua
ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.[6]
B.
Peningkatan Motivasi Dalam Hadis
Tanpa mengulang pemaknaan dan peranan
motivasi, baik yang dikemukakan para ahli, maupun penulis sendiri. Jelas, dalam
konteks pendidikan islam, peningkatan motivasi dapat dipahami sebagai semua hal
yang dapat meningkatkan keinginan individu untuk mencapai prestasibelajar
mengajar.
Hal lain yang penting dalam peningkatan
motivasi adalah keteladanan rasulullah SAW dalam perkataan, perbuatan dan
penetapan. Ketiga model peningkatan motifasi tersebut, dapat diulas dan
analisis sebagai berikut:
1. Penanaman aqidah-tauhid (zaru
al-‘aqidat-al-tauhid)
Pendidikan
pada fase makkah materi utamanya adalah aqidah-tauhid. Ayat-ayat yang turunpun,
banyak berbicara masalah tauhid. Misalnya, ayat yang membicarakan tentang
keesaan allah. Allah zat yang disembah dan meminta pertolongan, allah zat yang
tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dengan tuntutan aqidah-tauhid berdasarkan
firman ilahi tersebut, keimanan sahabat makin mantap, dan mempengaruhi seluruh
aktifitas mereka.
Dalam
catatan sejarah islam, umumnya umat islam, tidak ada yang membantah atas
statemen; bahwa generasi yang hidup pada masa rasulullah SAW adalah generasi
terbaik, yang dilahirkan ke muka bumi. Hal tersebut, dibuktikan dengan semangat
para sahabat dalam beramal, berjuang dan belajar. Misalnya, Mush’ab bin ‘Umair
seorang yang tampan gagah perkasa, rela mati syahid menjadi tameng rasulullah
SAW pada saat perang uhud. Abu hurairah, ahli hadits, memiliki semangat luar
biasa mengikuti majlis-majlis rasulullah, bahkan menghibahkan dirinya belajar
hadits, dengan selalu mendampingi dan selalu mengikuti jejak rasulullah SAW.
Dalam
pendidikan islam, konsep peningkatan motivasi yang ditawarkan adalah motivasi
internal-eksternal, vertikal-horizontal. Etos kerja yang bermotifkan ibadah.
Dalam perspektif islam, karakter manusia banyak dipengaruhi oleh sikapnya.
Sedangkan sikap seseorang amat di pengaruhi oleh nilai-nilai yang ia yakini.
Islam jelas mengajarkan bahwa nilai setiap amal atau kerja manusia ditentukan
oleh niat atau motif pelakunya. Adapun nilai terpenting yang mutlaq harus ada
pada orang islam, ialah nilai yang bersumber pada aqidah dan tauhid.
2. Motifasi melalui metode uswat hasanat
Allah
SWT sebagai pendidik hakiki, menjadikan prinsip keteladanan, yang di
operasionalkan melalui tindakan rasulullah SAW, dalam upaya peningkatan
motifasi manusia untuk beretos kerja tinggi. Yakni teladan tertinggi dan
terutama dalam etos kerja islam.
Setelah nabi wafat, sebagai pewaris nabi adalah pendidik (ulama’:orang banyak ilmunya). Tidak dipungkiri, murid-murid cenderung meneladani pendidiknya.
Setelah nabi wafat, sebagai pewaris nabi adalah pendidik (ulama’:orang banyak ilmunya). Tidak dipungkiri, murid-murid cenderung meneladani pendidiknya.
Dengan
memberikan keteladanan yang baik, seorang pendidik akan lebih mudah
meningkatkan motivasi belajar terhadap peserta didik. Dengan keteladanan,
seorang manager akan dapat meningkatkan motivasi kerja, manager dan pimpinan
yang bekerja terlebih dahulu sebelum menyuruh akan lebih di hargai dan di
hormati. Menceritakan kisah-kisah teladan yang ada didalam al-qur’an,
menjelaskan pemikiran, usaha, sikap, prinsip dan prestasi tokoh-tokoh dunia
yang berpengaruh. Kisah keteladanan tokoh-tokoh tersebut akan dapat
meningkatkan motifasi belajar peserta didik.
3. Metode targhib dan tarhib
Targhib
adalah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan.
Tarhib adalah ancaman karena dosa yang dilakukan. Targhib bertujuan agar ornag
mematuhi aturan allah, tarhib demikian juga. Akan tetapi tekanannya ialah
targhib agar melakukan kebaikan, tarhib agar menjauhi kejahatan. Model ini
dilandaskat atas fitrah (sifat kejiwaan) manusia, yang sifat keingininan kepada
kesenangan, keselamatan dan tidak meningkatkan kepedihan, kesengsaraan.
Perbedaan itu mempunyai implikasi yang penting, diantaranya :
a. Targhib dan tarhib lebih tegur karena
akarnya transendent (ketuhanan-ukhrawiy) sedangkan teori hukuman dan ganjaran
hukumnya berdasarkan sesuatu yang duniawi.
b. Targhib dan tarhib mengandung aspek iman.
c. Secara operasional, Targhib dan tarhib
lebih mudah dilaksanakan dari pada hukuman dengan ganjaran karena materi
Targhib dan tarhib sudah ada dalah al-qur’an dan hadits nabi, sedangkan hukuman
dan ganjaran dalam metode barat harus ditemukan sendirin oleh guru.
d. Targhib dan tarhib lebih universal,
dapat digunakan siapa saja dan dimana saja. Sedangkan jenis hukuman dan
ganjaran dalam metode barat harus disesuaikan dengan orang tertentu dan tempat
tertentu.
e. Targhib dan tarhib lebih lemah dari pada
ganjaran dan hukuman, karena hukuman dan ganjaran lebih nyata dan langsung
waktu itu juga, sedangkan Targhib dan tarhib kebanyakan ghaib dan diterima di
akhirat.
Rasulullah SAW juga memberikan support, motivasi terhadap umatnya agar rajin mengajarkan ilmu.[7]
Rasulullah SAW juga memberikan support, motivasi terhadap umatnya agar rajin mengajarkan ilmu.[7]
Rasulullah SAW
juga memberikan support, motivasi terhadap umatnya agar rajin mengajarkan ilmu.
Sebagaimana dalam sabdanya sebagai berikut.
حدثنا محمد بن عبد الاعلى تاصنعانى, اخبرنا سلمة بن رجاء, اخبرنا وليد بن جميل, اخبرنا القاسم أبو عبد الرحمن, عن ابى أمامة البهليِّ قال ذُكرَ لرسو ل الله صلى الله عليه وسلم رجلان احدهما عبدٌ والاخرُ عَالمٌ فقال رسو ل الله صلى اللهم عليه وسلم فضل العالم على العابد كفضل على ادناكم ثمّ قال رسو ل الله صلى اللهم عليه وسلم ان الله وملائكته واهل السموات والارضين حتى نملة فى جهرها وحتى الحوت ليصلون على معلم الناس الخير. (رواه الترمذى)
Artinya :
حدثنا محمد بن عبد الاعلى تاصنعانى, اخبرنا سلمة بن رجاء, اخبرنا وليد بن جميل, اخبرنا القاسم أبو عبد الرحمن, عن ابى أمامة البهليِّ قال ذُكرَ لرسو ل الله صلى الله عليه وسلم رجلان احدهما عبدٌ والاخرُ عَالمٌ فقال رسو ل الله صلى اللهم عليه وسلم فضل العالم على العابد كفضل على ادناكم ثمّ قال رسو ل الله صلى اللهم عليه وسلم ان الله وملائكته واهل السموات والارضين حتى نملة فى جهرها وحتى الحوت ليصلون على معلم الناس الخير. (رواه الترمذى)
Artinya :
“Menceritakan kepada kami Muhammad ibn ‘Abdul A’la al-Sana’ani,
memberitakan kepada kami salamat ibn raja’, memberitakan kepada kami walid ibn
Jamil, memberitakan kepada kami Qasim ibn ‘Abdurrahman, dari amanah al-Bahili,
berkata “ disebutkan bagi Rasulullah SAW ada dua orang laki-laki, satu orang
ahli ibadah dan satu lagi orang ahli ilmu. Maka berkata Rasulullah SAW,
“keutamaan seorang ahli ilmu atas orang ahli ibadah seperti keutamaan antara
saya sengan yang paling rendah diantara kamu, kemudian berkata Rasulullah SAW,
sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi, sampai semut yang
berada pada batu dan ikan, mereka bershalawat kepada seorang pendidik yang
mengajarkan kebaikan.”(HR.At-Tirmidzi).
Pendidik harus
mengamalkan sikap-sikap terpuji, seperti dermawan. Orang yang bodoh dermawan
lebih utama dibandingkan orang yang berilmu, akan tetapi bakhil (kikir). Isi
langit dan bumi memohonkan ampun bagi orang-orang yang berilmu. Manusia paling
utama ialah mukmin yang berilmu, dija diperlukan umat, ia berguna, dan kalau tidak,
ia berguna bagi dirinya sendiri.
Tinta para ulama’ di hari akhirat ditimbang dengan darah ornag-ornag syahid. Orang yang mengajarkan kepada umat sebanyak 40 hadits sampai hafal, diberi syafaat oleh rasulullah. Orang yang faham tentang agama allah, niscaya di cukupkan allah kepentingannya dan di beri rizqi tanpa diduganya semula.
Dari beberapa kutipan Al-Qur’an dan hadits diatas, terlihat bahwa islam memberikan motifasi yang luar biasa untuk menuntut ilmu dan beramal. Dengan demikian, metode targhib dan tarhib merupakan metode yang tepat dan ekselen dalam peningkatan motivasi seorang untuk memiliki etos kerja islam. Pendidikan islam yang dasar utamanya al-Qur’an dan hadits, sesungguhnya mencakup konsep-konsep psikologi, terutama dalam meningkatkan motivasi etos kerja. Hanya saja, dibutuhkan kerja keras dari cendekia dan intelektual muslim.
Tinta para ulama’ di hari akhirat ditimbang dengan darah ornag-ornag syahid. Orang yang mengajarkan kepada umat sebanyak 40 hadits sampai hafal, diberi syafaat oleh rasulullah. Orang yang faham tentang agama allah, niscaya di cukupkan allah kepentingannya dan di beri rizqi tanpa diduganya semula.
Dari beberapa kutipan Al-Qur’an dan hadits diatas, terlihat bahwa islam memberikan motifasi yang luar biasa untuk menuntut ilmu dan beramal. Dengan demikian, metode targhib dan tarhib merupakan metode yang tepat dan ekselen dalam peningkatan motivasi seorang untuk memiliki etos kerja islam. Pendidikan islam yang dasar utamanya al-Qur’an dan hadits, sesungguhnya mencakup konsep-konsep psikologi, terutama dalam meningkatkan motivasi etos kerja. Hanya saja, dibutuhkan kerja keras dari cendekia dan intelektual muslim.
C. Manfaat
Motivasi Dalam Pendidikan Islam
Motivasi
merupakan hal yang esensial dalam belajar atau menuntut ilmu. Hasil belajar
akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan,
akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi, motivasi akan senang tiasa
menentukan intensitas usaha belajar. Sehubungan dengan hal tersebut, ada
tiga fungsi motivasi, seagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat. Dalam hal ini
motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang
hendak dicapai.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-pebuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai, guna mencapai tujuan,
dengan menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
4. Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha
dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha karena adanya motivasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar atau menuntut ilmu akan menuntukkan
hasil yang baik pula.[8]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan riwayat diatas, dapat
disimpulkan, bahwa rasulullah SAW adalah motifator ulung yang berhasil
menggerakkan semangat umat untuk gemar belajar dan mengkaji ilmu pengetahuan
dan mengembangkannya. Peningkatan motivasi yang diterapkan Rasulullah SAW,
dengan berbagai macam metode dan pendekatan, yaitu dengan cara penanaman aqidah
dan tauhid yang kokoh, prinsip metode dan keteladanan (uswat hasanat) serta
metode al-targhib dan al-tarhib.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Ghazali, Muhammad. 1993. Akhlaq seorang Muslim,
Terj. Moh. Rifa’i. Semarang: Wicaksana.
Al-Abrasyi, Muhammad ‘Athiyah. 1974. Dasar-Dasar
Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry. Jakarta:
Bulan Bintang.
M, Sardiman A. 2011.
Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Muhammad, Abu Bakar. 1995. Hadits Tarbiyah I.
Surabaya: al-Ikhlas.
Nizar,
Samsul dan Zainal Efendi Hasibuan. 2011. Hadis
Tarbawi: Membangun Kerangka Pendidikan Ideal Perspektif Rasulullah. Jakarta:
KALAM MULIA.
Soemanto,
Wasty . 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka cipta.
[1]Samsul Nizar dan Zainal
Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi: Membangun
Kerangka Pendidikan Ideal Perspektif Rasulullah, (Jakarta: KALAM MULIA,
2011), hlm. 165-166.
[2]Sardiman
A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm. 73
[3]Abubakar
Muhammad, Hadits Tarbiyah I, (Surabaya: al-Ikhlas, 1995), hlm. 233.
[4]Muhammad
al-Ghazali, Akhlaq seorang Muslim, Terj. Moh. Rifa’i (Semarang:
Wicaksana, 1993), hlm. 445.
[5]Muhammad
‘Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami
A. Gani dan Djohar Bahry (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 44.
[6]Wasty
Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka cipta, 2006), hlm.
203-204
[7]Samsul Nizar dan Zainal
Efendi Hasibuan, Op. Cit., hlm. 167-177
[8]http://hildaarmayanti.blogspot.co.id/2016/01/makalah-hadis-tarbawi.html (diakses pada
tanggal 14 November 2017)

Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.