Disusun oleh :
1. Amirul
3.
Nurhana
labibah
4. Emiliyasa Ratna Ayu Putri
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt, yang
telah melimpahkan karunia dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah saw, sebagai utusan dan
hamba-Nya, sekaligus kepada keluarga, para sahabat dan para pengikut beliau.
Alhamdulillah, terimakasih kepada
segenap pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Semoga dengan makalah ini kita dapat lebih mengetahuikonsep dari
tafsir tarbawi, serta cara pendidikan dalam islam.
Penulis sudah berusaha menampilkan
makalah ini dengan baik, apabila ditemukan kesalahan dalam penulisan makalah
ini kami siap menerima saran dan kritik.
Pekalongan,
7 September 2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Al-Qur’an ibarat
mutiara yang dari
setiap sisi dan
sudutnya memancarkan cahayanya, sehingga dari sisi mana saja menatapnya
ia akan memberikan sinarnya
yang cemerlang.[1] Al-Qur’an
menurut Muhammad Arkoun, seorang pemikir Muslim kontemporer dari
al-Jazair, memberi
kemungkinan-kemungkinan arti yang
tidak terbatas. Oleh karenanya, al-Qur’an selalu terbuka
untuk interpretasi baru, tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi
tunggal. Pemahaman manusia terhadap al-Qur’an akan sangat dipengaruhi oleh
historisitasnya sebagai manusia. Kapan dan dimana ia hidup akan ikut ambil
bagian dalam interpretasinya terhadap al-Qur’an. Pendidikan merupakan salah
satu bagian penting dalam kehidupan. Posisinya sangat strategis dalam membentuk
budaya dan peradaban umat manusia. Karena strategisnya posisi pendidikan ini
dalam kehidupan manusia, agaknya mustahil jika al-Qur’an tidak berbicara
tentang bagaimana menjadikan manusia berbudaya dan berperadapan.
Datangnya surat al-’Alaq di awal
kali itu sudah cukup menjadi bukti bahwa al-Qur’an sangat menekankan pentingnya
proses pendidikan. Disamping itu banyak ayat-ayat yang berbicara tetang ilmu
pengetahuan, kemuliaan ilmuan dan tata cara transfer pengetahuan kepada orang
lain. Itu semua turut menguatkan asumsi bahwa al-Qur’an sarat dengan
peran-peran kependidikan. Oleh karena itu perlu ada kajian khusus terhadap
al-Qur’an dari sisi kependidikan (Tafsir Tarbawi). Tulisan berikut hendak
mencoba membangun pilar-pilar bangunan yang butuhkan dalam kajian Tafsir Tarbawi
mengingat kajian ini masih relatif baru khususnya di lingkungan IAIN. Ragam
pandangan terhadap al-qur’an Berbicara mengenai tafsir al-Qur’an dari segi
apapun, sebenarnya seseorang tidak bisa lepas dari pembahasan mengenai
pandangan mufasir terhadap al-Qur’an (paradigma tafsir). Paradigma merupakan
sistem keyakinan dasar atau pandangan yang membimbing seseorang -termasuk
penafsir dalam memilih metode dan cara-cara yang secara ontologis dan
epistimologis sangat fundamental[2]
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tafsir tarbawi?
2. Apa saja Ruang Lingkup dari tafsir
tarbawi?
3. Sebutkan manfaat mempelajari tefsir
tarbawi?
C.
Tujuan
Penulisan
tema dalam pembahasan kali ini
perlu dikaji agar kita mampu mengerti serta memahami konsep dasar dari tafsir
tarbawi itu sendiri, serta bagaimana konsep pendidikan yang diajarkan dalam
islam menurut al-Qur’an. Dengan mempelajari tafsir tarbawi kita juga mampu
mengetahui apa saja manfaat dari tafsir tarbawi itu sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tafsir Tarbawi
Pengertian Tafsir Tarbawi terbagi
menjadi dua kata yaitu Tafsir dan Tarbawi: pengertian Tafsir menurut bahasa
mengikuti wazan “Taf’il”, berasal dari akar kata Al-fasr yang berarti
menjelaskan menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak.
Kata kerjanya mengikuti wazan “Daraba-Yadribu”dan “Nasara-Yansuru”.
Dikatakan: fasara (asy-syai’a) yafsiru” dan “yafsuru fasran”. Sebagian ulama
berpendapat, kata tafsir adalah kata kerja yang terbalik, berasal dari “safara”
yang juga berarti menyingkap (al-khasyf).[3]Tafsir
adalah ilmu untuk memahami kitabullah yang diturunkan kepada Muhammad,
menjelaskan maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya.
Sedangkan pengertian tarbawi
yaitu, berasal dari Kata tarbawi/ pendidikan” yang mana kata
tersebut terjemahannya dalam bahasa Arab, yakni Rabba-Yurabbi-Tarbiyyatan.
Kata tersebut bermakna: pembimbing, pengasuhan dan pemeliharaan. Secara
leksikal, istilah al-tarbiyah
tidak ditemukan dalam al-Qur'an.Akan tetapi ditemukan bahwa al-Qur'an
mempergunakan kata-kata yang akar katanya mempunyai sumber derivasi (isytiqaq)
yang sama dengan al-tarbiyah. Kata-kata yang dimaksudialah al-rabb,
rabbayani, nurabbi, ribbiyn, rabbani. Demikian pula, dalam hadis ditemukan
penggunaan istilah rabbani. Meskipun kelihatannya, semua istilah
tersebut mempunyai pola akar kata yang sama, namun masing-masingmempunyai
konotasi makna yang berbeda-beda.
Apabila
istilah
al-tarbiyah dilacak maknanya dari kata al-rabb, maka ditemukan
berbagai konotasi makna yang diketengahkan oleh para pakar bahasa sebagai
berikut :
Ø
Louis
Ma’luf, mengartikan al-Rabb, pemilik, memperbaiki, perawatan, tambah,
mengumpulkan, dan memperindah.[4]
Ø
Abi Abdillah
Muhammad bin Ahmad al-An،bari al-Qurthubi memberikan arti al-rabb dengan
pemilik, tuan, Yang Maha Memperbaiki, Yang Maha Pengatur, Yang Maha Menambah,
dan Yang Maha Menunaikan.[5]
Ø
Menurut Imam
Fakhruddin al-Razi bahwa al-rabb merupakan kata yang seakar
dengan al-tarbiyah yang mempunyai makna al-tanmiyah (pertumbuhan
dan perkembangan).
Pengertian
di atas merupakan interpretasi dari kata al-rabb dalam surah al-fatihah,
yang merupakan nama dari nama-nama Allah Swt. Seperti dalam surat Al-Fatihah
berikut :
ÉOó¡Î0«!$#Ç`»uH÷q§9$#ÉOÏm§9$#ÇÊÈßôJysø9$#¬!Å_UuúüÏJn=»yèø9$#ÇËÈÇ`»uH÷q§9$#ÉOÏm§9$#ÇÌÈÅ7Î=»tBÏQöqtÉúïÏe$!$#ÇÍÈx$Î)ßç7÷ètRy$Î)urÚúüÏètGó¡nSÇÎÈ$tRÏ÷d$#xÞºuÅ_Ç9$#tLìÉ)tGó¡ßJø9$#ÇÏÈxÞºuÅÀtûïÏ%©!$#|MôJyè÷Rr&öNÎgøn=tãÎöxîÅUqàÒøóyJø9$#óOÎgøn=tæwurtûüÏj9!$Ò9$#ÇÐÈ
Artinya:
1.
Dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
2.
Segala pujibagi
Allah, Tuhan semesta alam.
3.
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
4.
Yang
menguasaidi hari Pembalasan
5.
HanyakepadaEngkaulah
kami menyembahdanhanyakepadaEngkaulah kami mohonpertolongan
6.
Tunjukilahkami
jalan yang lurus,
7.
(yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau
beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat”.
Penafsiransurat
Al-fatihahdiatas:
[1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini
dengan menyebut nama Allah. setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai
dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan
sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak disembah dengan
sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang
membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi
pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar
Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat
rahmah yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
[2] Alhamdu
(segala puji). memuji orang adalah Karena perbuatannya yang baik yang
dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: menyanjung-Nya
Karena perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui
keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. kita menghadapkan segala
puji bagi Allah ialah Karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut
dipuji.
[3] Rabb
(Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara.
Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada
sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua
yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam
manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya.
Allah Pencipta semua alam-alam itu.
[4] Maalik
(yang menguasai) dengan memanjangkan mim,ia berarti: pemilik. dapat pula dibaca
dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.
[5] Yaumiddin
(hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima
pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga
yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.
[6] Na'budu
diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh
perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena
berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[7] Nasta'iin
(minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk
dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga
sendiri.
[8] Ihdina
(tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang
benar. yang dimaksud dengan ayat Ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi
juga memberi taufik.
[9] yang
dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan
yang menyimpang dari ajaran Islam.[6]
Apabila
istilah al-Tarbiyah diidentikkan dengan bentuk fi’il madhi, maka
hal ini dapat kita temukan dalam Surah al-Isra’ (17): 24.
ôÙÏÿ÷z$#ur$yJßgs9yy$uZy_ÉeA%!$#z`ÏBÏpyJôm§9$#@è%urÉb>§$yJßg÷Hxqö$#$yJx.ÎT$u/u#ZÉó|¹ÇËÍÈ
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu
kecil".
Dan dalam bentuk mudlari-nya ( nurabbi)
kita dapat menemukannnya dalam
Surah asy-Syu’ara (26): 18.
tA$s%óOs9r&y7În/tçR$uZÏù#YÏ9ur|M÷WÎ6s9ur$uZÏùô`ÏBx8ÌçHéåtûüÏZÅÇÊÑÈ
Artinya: Fir'aun menjawab: "Bukankah kami Telah mengasuhmu
di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal
bersama kami beberapa tahun dari umurmu”. (Q.S.
asy-Syu’ara: 18).[7]
Dari
kedua suratdiatasyaitusurat al-isra’ dansuratasy-syu’ara maka
istilah al-tarbiyah mempunyai arti mengasuh, menanggung memberi makan,
mengembangkan, memelihara, membesarkan, mempertumbuhkan, memproduksi, dan
menjinakkan.[8] Hanya
saja dalam konteks kalimat dalam surah al-Isra di atas bermakna lebih luas,
yakni mencakup aspek jasmani dan rohani, sedangkan dalam surah asy-Syu’ara
hanya mencakup aspek jasmani saja.[9]
Jadi
dapat disimpulkan bahwa al-Tarbiyah adalah
proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai
petunjuk, sehingga menyebabkan potensi yang dimiliki manusia dapat tumbuh
dengan produktif dan kreatif tanpa menghilangkan etika Ilahi yang telah
ditetapkan dalam wahyu-Nya.[10]
Tafsir
Tarbawi merupakan ijtihad dari akademisi tafsir, yang berupaya untuk mendekati
al-Qur’an melalui sudut pandang
pendidikan, baik dari segi teoretik
maupun praktik. Ijtihat ini diharapkan
dapat mewacanakan sebuah paradiqma tentang konsep pendidikan yang dilandaskan kepada kitab suci dan mampu untuk di
implementasikan sebagai nilai – nilai
dasar dalam pendidikan.[11]
Datangnyasurat
al-’Alaq di awal kali itusudahcukupmenjadibuktibahwa al-Qur’an
sangatmenekankanpentingnya proses pendidikan. Disampingitubanyakayat-ayat yang
berbicaratetangilmupengetahuan,kemuliaanilmuandantatacara transfer
pengetahuankepada orang lain. Itusemuaturutmenguatkanasumsibahwa al-Qur’an
saratdenganperan-perankependidikan. Olehkarenaituperluadakajiankhususterhadap
al-Qur’an darisisikependidikan (TafsirTarbawi).[12]
Jadi tidaklah mengherankan, jika
dalam memahami kitab suci Al-Qur’an sering muncul berbagai pendekatan yang
dikenal dengan istilah tafsir. Didalam dunia tafsir muncul berbagai terminologi
pendekatan dengan berbagai variasi disiplin ilmu yang menghampirinya. Memang
pada awalnya tafsir merupakan terminologi tunggal dan ideal untuk memaknai
al-Qur’an. Tafsir berpredikat sebagai proper noun of understanding al-Qur’an
(memayungi nama-nama disiplin keilmuan yang berhubungan dengan al-Qur’an),
tetapi wacana tersebut kini bergeser dari proper noun berubah kepada abstract
noun karena muncul proper-proper lain, seperti tafsir ahkam, aqidah, gender,
dan yang tidak kalah pentingnya juga adalah tafsir tarbawi (tafsir pendidikan).
Sebagaimana layaknya kajian tafsir
pada umumnya, tafsir tarbawi merupakan proper dan abstract noun dari tafsir,
yang tergolong dalam kategori disiplin keilmuan yang baru.Terminologitafsirtarbawidalamhalinimerupakanmetodepemahamankitabsuci
(tafsir) yang
dilihatataudidekatidarisisipendidikandenganlebihmemperhatikancorakpendidikandalammemberikananalisisnya.
Dalamkacamatapendidikan
Islam Allah Swtpadahakekatnyaadalahpendidikbagisekalianalam( Rabb al-‘Alamin).
Olehkarenaitu, al-Qur’an-sebagaikalamNyatentumengandung ide-ide
dasartentangpemikirankependidikanbagimanusia yang
perludigalidandikembangkanterusmenerus.Pengembanganpemikirankependidikandari
al-Qur’an iniakanberjalanseiringdenganperkembanganilmupengetahuan yang
ditemukanolehmanusia.JadiarahpembahasanTafsirTarbawiinisudahbarangtentupadapersoalan-persoalan
yang berkaitandenganpemikiranilmu-ilmukependidikanbaikteoritismaupunpraktis.[13]
B.
Ruang
Lingkup
Ilmu pendidikan
Islam adalah model pendidikan yang merujuk pada nilai-nilai ajaran-ajaran
Islam, yang menjadikan Al-qur’an dan As-sunnah sebagai sumber utamanya. Ruang
lingkup pendidikan Islam ini, yaitu :[14]
1.
Para
pendidik
2.
Para murid
atau peserta didik
3.
Materi
pendidikan
4.
Perbuatan
mendidik
5.
Metode
pendidikan
6.
Evaluasi
pendidikan
7.
Tujuan
pendidikan
8.
Alat-alat
pendidikan
9.
Lingkungan
pendidikan
Pembahasan:
1.
Pendidik dan perbuatan mendidik
Para
pendidik adalah guru, ustadz, ulama, ayah, Ibu serta siapa saja yang
memfungsikan dirinya untuk mendidik. Sedangkan perbuatan mendidik artinya
adalah : perbuatan memberikan teladan, perbuatan memberi pmahaman dan perbuatan
mengarahkan dan menuntun kearah yang dijadikan tujuan dalam pendidikan Islam. Perbuatan
mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan serta sikap yang
dilakukan pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didik.[15]
2.
Anak didik dan materi pendidikan Islam(maddatut tarbiyah)
Anak
didik adalah objek para pendidik dalam melaksanakan tindakan yang
bersifat mendidik. Sedangkan materi pendidikan islam yaitu bahan-bahan
atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama islam yang disusun sedemikian
rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik
3.
Metode pendidkkan Islam (Tariqatut tarbiyah)
Yaitu
strategi yang relevan yang dilakukan pendidik untuk menyampaikan materi
pendidikan Islam kepada anak didik. Metode berfungsi mengolah menyusun,
dan menyajikan materi dalam pendidikan islam agar materi pendidikan islam
tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.[16]
4.
Evaluasi Pendidikan
Yaitu
suatu sistem penilaian yang diterapkan pada anak didik, untuk mengetahui
keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan.
5.
Sasaran
evaluasi pendidikan Islam secara garis besar meliputi:[17]
Ø Sikap dan pengalaman pribadinya, hubungan dengan Tuhan
Ø Sikap dan pengalaman dirinya, hubungannya dengan
masyarakat
Ø Sikap dan pengalaman kehidupannya, hubungannya dengan
alam sekitar
Ø Sikap dan pengalaman terhadap dirinya sendiri selaku
hamba Allah dan selaku anggota masyarakat, serta selaku khalifah di muka bumi
6.
Alat-alat pendidikan
Alat-alat
pendidikan yaitu semua alat yang digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam
agar tujuan pendidikan Islam tercapai.
7.
Lingkungan Pendidikan
Yang dimaksud dengan lingkungan
pendidikan Islam di sini ialah keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam
pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam. Lingkungan pendidikan sangat besar
pengaruhnya dalam membentuk kepribadian anak didik, olehnya itu hendaklah diupayakan
agar lingkungan belajar senantiasa tercipta sehingga mendorong anak didik untuk
lebih giat belajar.[18]
Di antara tema-tema kependidikan
yang bisa dikemukakan untuk dikaji secara tematik (maudu’i) antara lain:
1.
Ayat-ayat
tentang Allah (Pendekatan Filsafat Pendidikan Islam): QS.
al-Baqarah: 255, QS. al-Ikhlas: 1-4.
2.
Manusia
dalam al-Qur’an (Pendekatan Filsafat Pendidikan Islam):
Ø Kejadian dan Tugas Manusia; QS.
al-Mu’minun: 12-16, QS. al-Tin: 1-8,QS.
al-Insan: 2, QS. al-Qiyamah: 37, QS. al-Rahman: 14.
Ø Keunggulan Manusia; QS. al-Baqarah: 30 –
39, QS. al-Isra’: 70.
Ø Kelemahan Manusia; QS. al-Ma’arij:
19-27, QS. al-Kahfi: 54
3.
Alam
Semesta dalam al-Qur’an (Pendekatan Filsafat Pendidikan Islam QS. Ali-Imran:
190 -191, QS. Fussilat: 9-12.
4.
Kewajiban
Belajar Mengajar dalam al-Qur’an (Pendekatan Filsafat Pendidikan Islam); QS.
al-’Alaq: 1-5, QS. al-Ghashiyah: 17-20,
al-Taubah: 122, al-’Ankabut:
19-20.
5.
Strategi
dan Metode Pengajaran dalam al-Qur’an (Pendekatan Ilmu Pendidikan Islam); QS.
al-Kahfi: 71- 77, QS. al-An’am: 74-79,
QS.al-Saffat: 102- 110, QS. al-Baqarah: 31-37, QS. Yusuf: 1-7.
6.
Hukuman
dan Ganjaran (Motivasi) dalam al-Qur’an (Pendekatan Ilmu Pendidikan Islam); QS.
al-Baqarah: 81-85, QS. al-Baqarah: 261- 263,
QS. al-An’am: 160.
7.
Perbedaan-Perbedaan Individu
dalam al-Qur’an (Pendekatan Psikologi Islam); QS. al-An’am:
165, QS. al-Isra’: 21, QS. al-Rum:22.
8.
Dorongan-Dorongan Belajar dalam
al-Qur’aný (Pendekatan Psikologi
Islam);
Ø Dorongan Psikologis; QS. al-Baqarah:
36, QS. Ali-Imran: 14, QS. al-Mutaffifin:
22-26.
Ø Dorongan Fisiologis; QS. al-Nahl: 80-81,
QS. al-Taubah:120, QS. al-Rum: 21.
9.
Penanaman
Rasa Tanggung Jawab Pribadi (Pendekatan Psikologi Islam); QS. al-A’raf:
172-173, QS. al-Zalzalah: 1-8.
10.
Fase-Fase
Perkembangan Pribadi dalam al-Qur’an (Pendekatan Psikologi Islam); QS. al-Nahl:
78, QS. al-Hadid: 20, QS. al-Mu’min: 67.[19]
D.
Manfaat
Mempelajari
Manfaat
dalam mempelajari tafsir tarbawi itu adalah
Mengetahui
makna kata-kata dalam alqur”an
Menjelaskan
maksud setiap ayat
Menyikap
hukum dan hikmah yang dikandung al-qur”an
Menyampaikan
pembaca kepada maksud yang diinginkan oleh syari ( pembuat syariat yaitu Allah
SWT,agar memperoleh di dunia dan akhirat.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsir Tarbawi merupakan ijtihad
dari akademisi tafsir, yang berupaya untuk mendekati al-Qur’an melalui sudut pandang pendidikan, baik dari
segi teoretik maupun praktik. Ijtihat ini diharapkan dapat
mewacanakan sebuah paradiqma tentang konsep pendidikan yang
dilandaskan kepada kitab suci dan mampu
untuk di implementasikan sebagai nilai
– nilai dasar dalam pendidikan.Datangnyasurat al-’Alaq di awal kali
itusudahcukupmenjadibuktibahwa al-Qur’an sangatmenekankanpentingnya proses
pendidikan. Disampingitubanyakayat-ayat yang
berbicaratetangilmupengetahuan,kemuliaanilmuandantatacara transfer
pengetahuankepada orang lain. Itusemuaturutmenguatkanasumsibahwa al-Qur’an
saratdenganperan-perankependidikan.
Olehkarenaituperluadakajiankhususterhadap
al-Qur’an darisisikependidikan (TafsirTarbawi). Dalamkacamatapendidikan Islam
Allah Swtpadahakekatnyaadalahpendidikbagisekalianalam( Rabb al-‘Alamin).
Olehkarenaitu, al-Qur’an-sebagaikalamNyatentumengandung ide-ide
dasartentangpemikirankependidikanbagimanusia yang perludigalidandikembangkanterusmenerus.
Pengembanganpemikirankependidikandari al-Qur’an
iniakanberjalanseiringdenganperkembanganilmupengetahuan yang
ditemukanolehmanusia.
JadiarahpembahasanTafsirTarbawiinisudahbarangtentupadapersoalan-persoalan yang
berkaitandenganpemikiranilmu-ilmukependidikanbaikteoritismaupunpraktis.
Ilmu pendidikan Islam adalah model
pendidikan yang merujuk pada nilai-nilai ajaran-ajaran Islam, yang menjadikan
Al-qur’an dan As-sunnah sebagai sumber utamanya
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Hayyi al-Farmawi, Al-Vidayah fial-Tafsir al-Mawdu’i, (Kairo: Al-Hadarah
al-Arabiyah, 1977
Al-Naquib Al-Attas Syed Muhammad.
1984. The Concept of Education in Islam: A Frame Work for an Islamic
Philosophy of Education. Diterjemahkan oleh Haidar Baqir dengan judul “
Konsep Pendidikan Dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan
Islam”. Bandung: Mizan.
Al-Râzi Imâm
Fakhruddín. 1990. Tafsír al-Kabír. Jilid X. Juz XX. Beirut: Dâr al-Kutub
al-’Ilmiyah.
Arifin
H.M. 2008. Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan
pendekatan indisipliner. jakarta: PT. Bumi Aksara.
Al-ZahabiMuhammad
Husain. 1961. Al-Tafsir wa Al-Mufassirun.
Jilid I Kairo: Dar-al-Kutub al-Hadithah.
Al-Qur’anul Karim
Lincoln
&Guba.1994.“Competing Paradigm in
Qualitative Reaseach”, dalam Denzin & Lincoln, Handbook of Qualitative
Reaseach. California: SAGE Pub.
http://mambaulhikaminduk.blogspot.com/2011/09/tafsir-tawil-dan
terjemah.htmldiaksespadatanggal o2/Maret/2013
Ma’lufLouis.1984.
al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam. Cet. XXVII. Beirut: Dâr al- Masyriq.
Muhammad Abí
Abdillâh.t.d.al-Jâmi’ li-Ahkâmi al-Qur'ân.Jilid I
Al-Qâsimí Muhammad
Jamâluddin.1978. Tafsír Mahâsin al-Ta’wíl. Beirut: Dâr al- Fikr.
Departemen Agama RI. tt.Al-Qur’an Dan Terjemahnya ;DenganTransliterasi. Semarang :KaryaTohaputa.
Munir
Ahmad.2008. Tafsir Tarbawi: Mengungkap
Pesa al-Qur’an Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Saebani
Ahmad Beni.2009. Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam.Bandung: CV
Pustaka Setia
http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/04/28/pengertian-dan-ruang-lingkup-pendidikan-islam/
diakses pada 20 maret 2012 jam 20.05
Departemen
Agama RI. 1989. Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Jakarta.
[1]Muhammad
Husain al-Zahabi, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun, Jilid I (Kairo:
Dar-al-Kutub
al-Hadithah, 1961), hlm. 142.
[2] Guba
& Lincoln, “Competing Paradigm in Qualitative Reaseach”, dalam Denzin &
Lincoln, Handbook of Qualitative Reaseach (California: SAGE Pub.1994), hlm. 105.
[3]http://mambaulhikaminduk.blogspot.com/2011/09/tafsir-tawil-dan
terjemah.htmldiaksespadatanggal o2/Maret/2013
[4]Louis
Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam (Cet. XXVII; Beirut: Dâr al-
Masyriq, 1984), hlm. 243-244.
[5]Abí Abdillâh
Muhammad bin Ahmad al-An،ârí
al-Qurthubí, al-Jâmi’ li-Ahkâmi al-Qur'ân, Jilid I (t.d), hlm. 136-137
[6]Imâm
Fakhruddín al-Râzi, Tafsír al-Kabír, Jilid X. Juz XX (Cet. I. Beirut:
Dâr al-Kutub al-’Ilmiyah, 1990), hlm. 153
[7]Al-Qur’anul Karim
[8] Syed Muhammad al-Naquib Al-Attas, The
Concept of Education in Islam: A Frame Work for an Islamic Philosophy of
Education. Diterjemahkan oleh Haidar Baqir dengan judul “ Konsep Pendidikan
Dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam” (Cet. I ;
Bandung: Mizan, 1984), hlm. 66
[9]Muhammad
Jamâluddin al-Qâsimí, Tafsír Mahâsin al-Ta’wíl (Cet. II; Beirut: Dâr al-
Fikr, 1978), hlm. 8.
[10]Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya ;DenganTransliterasi,
( Semarang : KaryaTohaputa, tt), hlm. 221-222
[11] Ahmad
Munir, Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesa al-Qur’an Tentang Pendidikan,
(Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 9-10
[12]Guba
& Lincoln, “Competing Paradigm In Qualitative Reaseach”, dalam Denzin &
Lincoln, Handbook of Qualitative Reaseach (California: sage pub.1994), hlm.105.
[13] Abdul
Hayyi al-Farmawi, Al-Vidayah fial-Tafsir al-Mawdu’i, (Kairo: Al-Hadarah
al-Arabiyah, 1977), hlm. 62.
[14] Beni
Ahmad Saebani, Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam 1, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2009) hlm. 47
[15] Ibid, Beni Ahmad.,hlm. 47
[16] Ibid, Beni Ahmad.,hlm. 58
[17] H.M.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan
pendekatan indisipliner, (jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008) hlm. 162
[18]
http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/04/28/pengertian-dan-ruang-lingkup-pendidikan-islam/
diakses pada 20 maret 2012 jam 20.05
[19]Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: 1989), an
